Rabu, 04 Juli 2012

Pelajaran Berharga

Ini adalah sebuah cerita yang pernah aq alami sekitar 2 tahun lalu di kota Jogja,,,,
Sebuah cerita yang memberikan gambaran kepada saya mengenai kehidupan dan solidaritas terhadap teman...dan pelajaran itu justru saya dapatkan dari seorang anak jalanan yang usianya jauh dibawah saya...cerita ini saya tulis dengan Judul "Antara Solidaritas dan Permainan Uno"


ANTARA SOLIDARITAS DAN PERMAINAN UNO

Senin, 14 Juni 2010
Sore itu tim yang dipimpin oleh saudara Cua mulai bergerak ke suatu lokasi, dimana lokasi tersebut yang menjadi salah satu titik dalam menjalankan misi sosial. Sesampai di tempat itu, tepatnya di perempatan Jetis, tim yang terdiri dari saudara Cua, Sisil, Tri, Nurlita, dan Ayik mulai mencari target, yaitu dua anak yang bernama Yogi dan Preto. Kedua anak ini merupakan anak yang kesehariannya berada dijalanan, walau kadang mereka pulang kerumah, tapi waktunya banyak dihabiskan dijalanan.
Tetapi awalnya tim hanya menemukan Yogi di sebuah warung yang tak jauh dari lokasi. Setelah diajak oleh saudara Cua, Yogi diperkenalkan oleh semua anggota tim. Dalam perkenalan itu, datanglah saudara Andre, sehingga bertambahlah anggota tim ini. Sehabis berkenalan dengan Sisil, Tri, Nurlita, dan Ayik, mulailah misi sosial dilakukan, yaitu pendampingan terhadap anak jalanan.
Yogi, si anak ceria itu mulai diajak belajar oleh tim, awalnya di suruh menggambar, kemudian disuruh menceritakan gambar tersebut. Dia menggambar gunung, yang diibaratkan Gunung Merapi. Ketika saat Yogi menggambar dan bercerita, datanglah saudara Mala dan temannya. Semakin rame sore itu, yang awalnya tim hanya berlima jadi bertambah menjadi delapan orang.
Saudara Mala membawa kabar bahwa melihat Preto berjalan menuju kearah tim dan Yogi. Karena di lokasi yang pertama, yaitu di sebuah warung Burjo, tidak cukup untuk melakukan kegiatan, semua anggota tim dan Yogi bergerak ke halaman sekolah, SMP Negeri 6 yang menjadi tempat untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Sesampai di halaman  sekolah, tim melanjutkan pendampingan terhadap mereka, kali ini Yogi tidak sendiri, tetapi sudah ada sahabatnya yaitu Preto si anak yang pendiam tapi memiliki rasa solidaritas terhadap teman yang tinggi.
Yogi yang masih dengan semangat belajar, dia terus melanjutkan belajarnya dengan mengisi teka-teki silang (TTS) yang dibawa oleh saudara Mala. Lain halnya dengan Preto, sore itu dia tidak ada kemauan untuk belajar. Karena hatinya sedang kacau, dia sedang emosi. Preto yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi, ingin membalas perlakuan yang dilakukan salah seorang anak kampung daerah Jetis terhadap temannya yang bernama Herman. Yang sore itu, kebetulan ada anak-anak kampung Jetis main bola di halaman sekolah itu juga. Memang tiap sore anak-anak kampung Jetis main bola di sekolah itu. Akan tetapi anak yang dicari oleh Preto tidak datang main bola.
Hati Preto masih dilanda emosi, dia terus mencari anak itu, sesekali dia pergi ke jalan tapi memang sore itu anak yang dicari tidak datang main bola. Preto dengan sorot matanya penuh dengan emosi terus menatap anak-anak Jetis yang main bola. Yang lebih mengagetkan lagi, ternyata Preto telah menyembunyikan suatu benda yang diselipkan di celananya. Ketika ditanya oleh saudara Andre, ternyata benda itu memang sengaja dibawa untuk memukul anak yang telah melakukan pemukulan terhadap temannya yang bernama Herman.
Semua anggota tim kaget dengan apa yang sedang dialami oleh Preto, tim tidak ingin Preto melakukan hal yang bisa menambah masalah lagi buat dirinya. Semua anggota tim fokus kepada Preto, karena ingin meredam emosi dia. Sedangkan Yogi si anak ceria itu masih asyik dengan kegiatannya belajar sekaligus mengisi TTS dengan didampingi oleh saudara Mala.
Akhirnya untuk mengalihkan perhatian dan meredam emosi Preto, saudara Cua mengeluarkan kartu UNO untuk bermain. Semua larut dalam permainan UNO ini, apalagi dengan teriakan “UNO!!!” semakin membuat semangat bertambah. Preto yang raut mukanya kusut, jadi ceria dan tertawa lepas, bahkan dia juga bersikap jail yaitu dengan alasan menata kartu yang sudah dibuat bermain tapi dia juga mengambil kartu itu agar kartunya lengkap dengan maksud dia bisa menang.
Ternyata permainan UNO tersebut mampu mengalahkan emosi dari seorang yang mempunyai rasa solidaritas terhadap teman yang tinggi. Sore itu ditutup dengan lagu Armada yang berjudul “Mau Dibawa Kemana” yang dinyanyikan Yogi dengan kencrung kesayangannya.  
 

Harus Bijak


PEMEKARAN JANGAN MENJADI TREND
Oleh
Yustinus Farid Setyobudi, S.IP, MPA[1]
               
Sejak orde reformasi, pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu menjadikan daerah lebih maju dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat lebih efektif dan efisien. Pemerintah daerah diberikan hak dan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, sehingga dapat mengurangi sentralistik yang ada di pemerintah pusat. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, semakin menunjukkan bahwa pemerintah pusat ingin menjadikan daerah sebagai ujung tombak sistem pemerintahan.
            Selain pelimpahan kewenangan urusan pemerintahan dari pusat ke daerah yang diatur dalam UU 32/2004, UU tersebut juga membuka kran kepada daerah tentang pemekaran daerah, baik pada tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, maupun tingkat kecamatan. Dengan harapan pelayanan kepada masyarakat lebih efisien dan efektif, karena administrasi pemerintah lebih terjangkau jaraknya oleh pemerintah dan tidak memakan waktu yang lama.
            Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, pemekaran daerah yang terjadi di Indonesia sejak orde reformasi telah terbentuk 205 daerah otonom baru, yaitu 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Ada 524 daerah otonom saat ini terdiri atas 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Persyaratan pembentukan daerah telah diatur dalam PP N0.129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah selanjutnya diganti dengan PP 78 Tahun 2007 tentang hal yang sama. Persyaratan yang diatur dalam kedua PP ini sebetulnya cukup ketat, tetapi dalam satu dasawarsa terakhir usulan pemekaran cenderung tidak terkendali.
BATAM DITENGAH PEMEKARAN WILAYAH
            Dengan adanya rencana pemekaran wilayah di Batam, yaitu dengan pemekaran Kecamatan yang dulu hanya 12 akan menjadi 21 Kecamatan menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, khususnya di kalangan akademisi. Secara menyeluruh ini merupakan kemajuan bagi Batam sebagai daerah yang baru berkembang, namun disisi lain akan menjadikan tanda tanya besar bagi Pemerintah Kota Batam. Tanda tanya itu adalah sanggup tidak dalam pemekaran ini baik secara finansial maupun administrasi ditanggung oleh Pemerintah Kota Batam dengan APBDnya. Jangan sampai dengan pemekaran yang rencana awalnya adalah untuk lebih mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat, bisa berubah menjadi beban bagi Pemerintah Kota Batam dibelakang besok.
            Melihat kondisi Batam saat ini memang membutuhkan pelayanan yang cepat kepada masyarakat, belum lagi predikat yang disandang bahwa Batam salah satu daerah dengan pembangun peradaban manusia. Artinya Batam memiliki daya tarik bagi masyarakat dari luar Batam untuk mengadu nasib di “Pulau Kalajengking” ini. Jika penduduk Batam semakin bertambah maka secara tidak langsung pelayanan yang akan dituntut masyarakat akan bertambah dalam kuantitasnya. Misalnya di kecamatan yang biasanya hanya melayani 100 orang dalam pengurusan dokumen/perizinan dalam berbagai bentuk, maka bisa jadi akan bertambah 2 kali lipat jumlah orang dalam per harinya jika penduduk di Batam semakin bertambah.
            Namun semua itu seharusnya menjadi perhatian bagi Pemerintah Kota Batam, khususnya Walikota, bahwa yang dibutuhkan Batam saat ini bukan pemekaran wilayah. Sampai detik ini, dengan 12 Kecamatan saja secara keseluruhan ternyata birokrasi pemerintah masih bisa memberikan pelayanan masyarakat dengan baik. Seharusnya yang menjadi perhatian Pemerintah Kota adalah pelayanan yang diberikan dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh masih banyak siswa yang tinggal di pulau-pulau yang berada diluar daratan Batam yang harus berangkat ke sekolah harus dengan melepas sepatunya, kemudian setelah menyebrang dari pulau tempat dia tinggal dan sampai di daratan, baru mereka memakai sepatunya karena takut basah atau kotor, serta tak jarang dari mereka menggunakan sepatunya di depan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kota masih belum fokus terhadap apa yang menjadi prioritas dalam pemngembangan Batam kedepannya. Untuk akses menuju sekolah saja, para pelajar harus berjuang ekstra agar bisa sampai disekolah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah sarana angkutan umum untuk para pelajar, di wilayah Barelang dan Punggur misalnya, masih banyak siswa yang harus berjalan kaki untuk menuju ke sekolah, tidak jarang mereka mencari tumpangan mobil pribadi untuk bisa sampai disekolah karena minimnya angkutan umum. Hal itu tidak akan terjadi apabila di daerah Barelang dan Punggur diberi fasilitas angkutan yang khusus untuk pelajar dan tanpa memungut biaya (gratis).
             Saat ini seharusnya Pemerintah Kota Batam sudah mulai memetakan mana yang menjadi prioritas dalam pembangunan untuk Batam kedepannya. Batam mau menjadi Kota Pariwisata, atau Batam mau menjadi Kota Pendidikan, maupun Batam mau menjadi Kota Industri, dan atau Batam mau menjadi Kota Budaya Melayu, sehingga Batam akan memiliki kekhasan atau nilai lebih seperti daerah-daerah lain di Indonesia, misalnya Malang Kota Apel, Jogja Kota Gudeg, Pekalongan Kota Batik, dan sebagainya.

*Batam,Senin, 19 Desember 2011                    


[1] Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) Batam

Haruskah Seperti Ini


SINYAL ‘WARNING’ DARI YUSRIL
UNTUK PEMERINTAHAN SBY

Oleh :
Yustinus Farid S, S.IP, MPA
(Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Riau Kepulauan)

           
Yusril Ihza Mahaendra memang dikenal oleh masyarakat pada umumnya sebagai politikus Partai Bulan Bintang. Ini tak lain dia adalah seorang pendiri partai yang berlambang bulan sabit dan bintang diatasnya. Namun, tak banyak masyarakat mengenal dia sebagai pakar hukum tata Negara. Yusril memang telah banyak makan asam garam di bidang hukum dan birokrasi Indonesia, karena dia aktif sebagai pejabat Negara dibawah kepemimpinan lima presiden yaitu Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono jilid I. Itulah Yusril, pria kelahiran Lalang, Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956 ini pernah menjabat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (26 Agustus 2000 - 7 Februari 2001), Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Gotong Royong (Agustus 2001 - 2004). Terakhir, dia menjadi Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu (20 Oktober 2004 - 2007).
            Sekarang ketokohan dia walau bukan sebagai pejabat Negara, tapi mampu membuat mata masyarakat Indonesia tercengang dengan berbagai kemenangannya ‘melawan’ pemerintah dalam berbagai kasus. Yusril berhasil mengalahkan SBY dalam kasus Jaksa Agung Ilegal Hendarman Supandji dan pelantikan Plt Gubernur Bengkulu Ilegal menggantikan Agusrin Nadjamuddin. Dan sekarang dia berhasil ‘memukul’ kembali pemerintah khususnya Presiden SBY terkait penghentian kasus proyek Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) yang tak lain dia sebagai tersangka.
            Pada kemenangan pertama, dia menggugat keabsahan Hendarman Supandji sebagai jaksa agung pada pertengahan 2010. Ia merujuk pada Pasal 19 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Agung Republik Indonesia, yang menyatakan Jaksa Agung adalah pejabat negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Pada pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu II 21 Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan Jaksa Agung tetap Hendarman. Presiden belum melakukan pergantian. Menurut Yusril, jabatan Hendarman berakhir ketika Kabinet Indonesia Bersatu resmi dibubarkan atau periode 2004-2009. Sebab, jaksa agung bagian dari kabinet yang usia jabatannya sama dengan usia jabatan Presiden yang memilihnya, yaitu lima tahun.(sumber:inilah.com) Pada 22 September 2010, Mahkamah Konstitusi memutuskan Hendarman tidak lagi menjadi Jaksa Agung yang sah, sejak pukul 14.35 WIB. Pada tanggal 24 September 2010, Presiden mengakhiri perdebatan dengan mengeluarkan keputusan presiden yang memberhentikan Hendarman.
Pada kasus kedua, Yusril Ihza Mahendra berhasil memaksa Presiden SBY dan Mendagri menunda pencopotan gubernur Bengkulu. Bahkan untuk kasus ini, Presiden SBY legowo dan siap melaksanakan putusan pengadilan serta mengundang khusus Yusril ke kediamannya di Cikeas untuk menerima masukan dari Yusril Ihza Mahendra.
Kemenangan Yusril yang terbaru adalah kasus siminbakum. Dalam kemenangan ini merupakan sinyal bahaya bagi pemerintahan SBY, khususnya dengan keteledoran dalam mengeluarkan kebijakan. Dengan kejadian ini, menunjukkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah “kurang” memiliki kekuatan hukum dan terkesan dipaksakan. Dan Yusril-lah yang telah membuka mata masyarakat.
Dalam waktu dekat, Yusril akan melakukan gugatan kembali dengan mewakili LSM Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) atas grasi terhadap terpidana narkoba asal Australia ke PTUN. Selain itu Yusril juga sudah melakukan gugatan terhadap pemerintah yaitu mengenai posisi wakil menteri dan kebijakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), dan sudah banyak pakar dan ahli yang dihadirkan untuk kedua kasus ini.
Dinamika pemerintahan saat ini sangat menarik dan mengalami babak baru, dimana pemerintah telah dibuat ‘malu’ oleh warganya, terkhusus Presiden SBY sebagai pemimpin telah dipermalukan oleh mantan bawahannya sendiri. Kemenangan demi kemenangan Yusril dalam menggugat pemerintah membuat semakin menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan SBY. Dan bisa juga akan muncul ‘yusril-yusril’ yang lain untuk melakukan gugatan kepada pemerintah. Atau bahkan menimbulkkan ketidakpercayaan yang besar terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat tidak mau melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan. Karena yang tertanam saat ini di masyarakat adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah hanya asal-asalan dan dipaksakan untuk ada, padahal kekuatan hukumnya masih kurang.
Bisa dibayangkan jika masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada Pemerintahnya sendiri, maka kejadian tahun 1966 atau 1998 akan terulang kembali. Untuk itu pemerintah diharapkan mengambil sikap untuk membuat masyarakat percaya kembali pada pemerintah dan melakukan evaluasi ketika sebelum mengeluarkan kebijakan harus dilakukan pembahasan yang mendalam, teliti dan saksama. Dengan kasus ini memang ada dua hal yang bisa diperoleh, pertama menunjukkan kepada kita semua bahwa hukum tidak selalu memihak pemerintah atau pihak yang kuat dan berkuasa, kedua, merupakan sinyal bahaya bagi pemerintahan SBY terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, jika tidak segera diambil langkah evaluasi maka pemerintahan SBY tidak sampai 2014.

*Batam, 2 Juni 2012, 11.30 wib.   

Jumat, 24 Februari 2012

Kabar dari Senayan


DILEMA TIADA HENTI :
“ RENOVASI GEDUNG ATAU RENOVASI HATI NURANI “
Oleh :
Yustinus Farid S, S.IP, MPA[1]

            Beberapa pekan terakhir ini kita dibuat tercengang dengan adanya renovasi gedung di DPR-RI, khususnya ruang rapat banggar (badan anggaran) DPR-RI yang mencapai miliaran rupiah. Renovasi yang mengguna dana APBN tersebut digunakan hanya oleh segelintir/sekolompok orang saja yang tergabung di banggar DPR-RI. Anggaran yang berasal dari APBN ini seharusnya di berikan kepada rakyat melalui program-program pemerintah, tidak dinikmati oleh “pembuat” kebijakan itu sendiri.
            Untuk renovasi ruang rapat banggar tersebut menelan biaya yang tidak sedikit, perkiraan harga proyek keseluruhan Rp 20.370.893.000. Selain itu, Sekjen DPR juga menganggarkan Rp 2 miliar untuk renovasi toilet di gedung Nusantara I. Dengan anggaran yang sebesar itu dan spesifikasi yang terlalu mewah, dinilai sangat berlebihan dan tidak masuk akal. Ruang rapat seluas 780 meter persegi, itu nantinya akan diisi dengan barang-barang kualitas nomor wahid, seperti kursi yang didatangkan dari luar negeri, meja, dan alat komunikasi/microphone yang serba wah. Sungguh memprihatinkan.
            Tidak hanya itu, menurut catatan detikcom, setidaknya ada 7 (tujuh) proyek DPR-RI yang mengundang keresahan di tengah masyarakat dan dianggap sebagai pemborosan anggaran negara pada awal 2012 ini. Ke-7 (tujuh) proyek tersebut sebagai berikut : 
1.      Perawatan Gedung DPR
Selain merenovasi perbagian, ternyata perawatan secara keseluruhan terhadap Gedung DPR juga dilakukan. Untuk tahun 2012 ini anggaran untuk perawatan gedung tersebut mencapai 500 miliar rupiah.
2.      Renovasi Ruang Rapat Anggota Banggar DPR
Para anggota Banggar DPR-RI, akan segera menikmati ruang rapat yang baru. Setelah BURT DPR memastikan telah melakukan tender senilai 20 miliar rupiah pada Oktober 2011 lalu.
3.      Papan Selamat Datang DPR
Proyek lain yang mengundang decak kagum adalah pemasangan dua layar LED yang akan menampilkan wajah para pimpinan DPR dan juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota dewan. Tidak tanggung-tanggung, biaya pemasangan layar berukuran 3x2 meter yang dipasang diatas tiang bulat setinggi 3 meter ini mencapai Rp 4,8 miliar rupiah.
4.      Renovasi Tempat Parkir Motor
Gedung DPR seperti tidak henti-hentinya membenahi diri. Proyek ambisius lain adalah renovasi tempat parkir motor. Tempat parkir yang terletak di sebelah barat Gedung DPR ini akan diperluas dengan estimasi biaya mencapai 3 miliar rupiah. Tempat parkir motor itu sendiri dirancang dua tingkat, dan mampu menampung lebih dari 2000 motor perhari. Renovasi ini sendiri sudah berlangsung dan diperkirakan akan segera selesai awal tahun ini juga.
5.      Renovasi Toilet
Pada awal tahun 2012, publik dikejutkan dengan pengumuman akan dilakukan renovasi menyeluruh terhadap 220 toilet di Gedung DPR RI dengan anggaran 2 miliar. Renovasi diperlukan lantaran, toilet di Gedung DPR terutama di Gedung Nusantara I, tempat para anggota dewan bekerja banyak yang sudah rusak dan bau.
6.      Pembuatan Kalender 2012
Menyambut tahun 2012, DPR mengeluarkan kalender tahunan mereka. Kalender yang berisi 13 halaman dan berisi foto-foto kegiatan pimpinan DPR ini dicetak dengan biaya 1,3 miliar rupiah. Dana ini diperlukan untuk mencetak 11200 eksemplar kalender, dimana tiap anggota dewan mendapatkan 20 eksemplar.
7.      Pemberian Makan Rusa di DPR
Proyek-proyek di DPR tidak hanya terkait pembangunan fisik semata. Ada proyek lain yang ternyata tidak diketahui banyak orang. Proyek tersebut adalah pemberian makan rusa-rusa yang selama ini ditempatkan di sekitar gedung DPR. Dana yang dialokasikan untuk memberi makan rusa-rusa ini mencapai 598 juta rupiah.
            Dari tujuh proyek yang kontroversial tersbut jika ditotal secara keseluruhan akan menghabiskan anggaran sebesar 550 miliar. Pantaskah uang tersebut untuk para wakil rakyat yang paling terhormat kita di Jakarta? Karena selama ini belum ada kinerja yang bisa dibanggakan dari mereka semua. Lagi-lagi rakyatlah yang harus menanggung gaya hedonisme anggota dewan yang terhormat.  
Dilema tiada henti : Renovasi Gedung atau Renovasi Hati Nurani
            Jika melihat besaran anggaran yang akan dipergunakan DPR-RI untuk memperbaiki gedungnya, kita akan merasa sangat miris dan prihatin. Karena anggaran sebesar 550 miliar jika diperuntukkan bagi masyarakat akan sangat bermanfaat sekali, terutama untuk dunia pendidikan. Masih banyak gedung-gedung sekolah yang membutuhkan renovasi tapi tidak pernah mendapat perhatian pemerintah. Para siswa yang harus memperoleh kenyamanan fasilitas dalam belajar di sekolah ternyata harus belajar dengan hati yang was-was karena atap gedung yang sudah rapuh, atau tembok yang sudah retak-retak. Sebagai contoh, SDN Pangilen 1 (Sampang, Madura), SDN 03 Pagi Ke­lapa Dua ( Kebon Jeruk-Jakarta Barat), atau SMPN 1 Kecamatan Labuan (Kabupaten Pandeglang), yang semuanya itu atapnya ambruk dan harus menumpang ke sekolah lain. Itu hanya sebagian kecil sekolah yang berada di daerah perkotaan, bagaimana dengan yang ada dipelosok-pelosok seluruh nusantara.
            Melihat besaran anggaran untuk renovasi dan perawatan gedung DPR-RI yang akan menggunakan anggaran APBN sebesar 550 miliar tidak sebanding dengan besaraan anggaran untuk renovasi gedung sekolah pada tahun 2012 yang hanya 19 triliun. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, pada saat mengadakan kunjungan kerja ke Padang pada akhir tahun 2011 kemarin (www.beritapendidikan.com). Dilihat dari besarannya memang terlihat lebih besar anggaran untuk renovasi gedung sekolah dibanding anggaran renovasi gedung DPR-RI, namun jika dihitung-hitung hanya akan dipergunakan untuk sekitar 2000an sekolah saja seluruh Indonesia jika tiap sekolah mendapat bantuan 500-800 juta. Disamping itu manfaatnya akan lebih terasa jika dipergunakan rakyat sendiri.
            Sungguh memprihatinkan sekali masyarakat di negeri ini, harus melihat wakil-wakilnya yang duduk di Senayan hidup dengan kenyamanan dan kemewahan, namun mereka tidak memiliki hati nurani melihat masyarakatnya yang ada di pelosok-pelosok dengan hidup yang serba pas-pasan. Semoga wakil-wakil rakyat tersebut segera terbuka jalan pikirannya, lebih baik merenovasi gedung atau merenovasi hati nurani terlebih dahulu. Jika mereka memilih merenovasi hati nurani terlebih dahulu, berarti mereka mendengar jeritan rakyatnya yang telah menitipkan amanah kepadanya untuk kemajuan negeri ini.

*Batam, Selasa, 17 Januari 2012, 11.20 WIB.       
           








[1] Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) Batam

Sebuah Keprihatinan

GOODBYE SEA GAMES, JANGAN MENJADI GOODBYE INDONESIA
Oleh :
Yustinus Farid S, S.IP, MPA[1]

            Perhelatan event olahraga 2 tahunan negara-negara ASEAN yang ke-26 di Jakarta-Palembang, Indonesia, sudah resmi di tutup kemarin malam (Selasa, 22 November 2011) di Palembang. Sebuah prestasi yang menggembirakan bagi bangsa Indonesia, dimana ”Garuda-garuda Muda” mampu memperoleh emas sebanyak 182 buah. Pencapaian yang diluar target, dimana Indonesia hanya menargetkan 150 emas dalam Sea Games 2011 ini. Indonesia keluar sebagai juara umum di perhelatan negara-negara ASEAN tersebut, disusul Thailand dan Vietnam di urutan ke-2 dan ke-3.
            Seluruh rakyat Indonesia pasti bangga dengan perolehan medali yang telah diperebutkan 11 negara tersebut. Namun, kita jangan lupa bahwa selain sebagai tuan rumah pesta olahraga negara-negara ASEAN, Indonesia juga tuan KTT ke-19 ASEAN yang berlangsung di Bali pada tanggal 17-19 November 2011. Dalam KTT tersebut telah menghasilkan beberapa kesepakatan oleh negara-negara Asia Tenggara, kesepakatan tersebut dinamakan Bali Concord III yang ditanda tangani oleh 10 kepala negara, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Indonesia), PM Hun Sen (Kamboja), Sultan Hasanal Bolkiah (Brunei Darussalam), PM Thongsing Thamavong (Laos), Presiden Thein Sein (Myanmar), PM Dato Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak (Malaysia), Presiden Benigno Aquino III (Filipina), PM Lee Hsien Loong (Singapura), PM Yingluck Shinawatra (Thailand), dan PM Nguyen Tan Dun (Vietnam).
            Bali Concord III ini berisikan 3 pilar utama ASEAN, yaitu pilar politik keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Pilar politik keamanan terkait dengan penyelesaian konflik, pemberantasan kejahatan transnasional, pelucutan nuklir dan pemberantasan korupsi. Pilar ekonomi terkait dengan partisipasi ASEAN dalam perekonomian global, penguatan kapasitas ekonomi ASEAN, adopsi standar produksi dan distribusi komoditas ekonomi, perbaikan akses dan penerapan teknologi, peningkatan ivestasi agrikultur, dan diverifikasi energi. Sedangkan pilar sosial budaya terkait dengan penanggulangan dan penanganan bencana alam, masalah perubahan iklim, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan.
            Selain mendeklarasikan Bali Concord III tersebut, dalam KTT ASEAN ke-19 tersebut juga melakukan perjanjian antara ASEAN-China yang merupakan hasil dari forum sepuluh kepala negara ASEAN dengan tiga kepala negara/pemerintahan dari Jepang, Korsel. Kesepakatan ASEAN-China yaitu antara negara-negara ASEAN dan China sepakat diberlakukannya FTZ (free trade zone) atau zona perdagangan bebas. Inilah yang menjadi kekhawatiran kita sebagai warga negara Indonesia. Kesepakatan tentang FTZ ini kalau dilihat dari perekonomian makro bagus, tapi kalau dalam perekenomian mikro akan sangat berdampak buruk terhadap masyarakat.
            Dengan diberlakukan FTZ ini akan berpengaruh pada sektor home industri atau perindustrian rumahan. Barang-barang dari China akan semakin bebas beredar di kalangan masyarakat, baik di toko-toko, pasar-pasar, maupun mall-mall. Padahal saat ini telah kita ketahui bersama, bahwa barang-barang buatan China memang lebih murah/terjangkau harganya, namun kualitasnya masih jauh berbeda dengan produk dari Jepang maupun dari negara-negara Eropa ataupun produk dalam negeri sekalipun. Kita ambil contoh untuk produk sepeda saja, sepeda buatan China dengan berbagai merk tersebut, harganya lebih murah daripada sepeda buatan Indonesia (merk United). Padahal kalau dilihat kualitasnya jauh lebih baik dibanding produk China, namun masyarakat umum lebih memilih sepeda dengan merk-merk China karena jauh lebih ekonomis dan modelnya tidak jauh beda. Itu baru contoh kecil, belum lagi barang-barang lain seperti sepeda motor, mainan anak-anak, jam tangan, elektronik, dan lainnya. Namun dengan adanya ASEAN-China mengenai FTZ maka akan membuka lahan/lapangan kerja baru, karena perusahaan China akan dengan bebas inventasi di ASEAN, begitu juga di Indonesia yang bisa menekan angka pengangguran.
            Untuk itu Indonesia harus lebih siap dalam menghadapi tuntutan global tersebut, pemerintah juga harus terlibat aktif dalam mempersiapkan masyarakat terutama para pelaku usaha yang harus berusaha keras bersaing dengan serbuan barang-barang China di pasaran. Kalau ini tidak dipersiapkan mulai dari sekarang, maka masyarakat Indonesia, khususnya pelaku usaha (home industri) akan terpuruk di negeri sendiri. Semua itu memang tidak bisa kita hindari, karena itu merupakan tuntutan global/internasional.
Era Globalisasi Yang Menakutkan
Sejak berakhirnya perang dingin, dunia dilanda oleh suatu arus perubahan yang bersifat global (mendunia). Pada mulanya wujud perubahan global terlihat dalam perkembangan sistem informasi dan transportasi, yang mempersingkat jarak didalam hubungan antara negara atau wilayah, baik dalam arti ruang maupun waktu. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek telah tercapai berkat adanya kemampuan ekonomi untuk mendukungnya adanya keterkaitan antara kedua faktor ini menimbulkan peruhahan-perubahan yang luar biasa didalam masyarakat.
Perkembangan yang demikian pesat ini, dan perubahan-peruhahan yang ditimbulkannya, bersifat global atau mendunia. Hal ini karena perkembangan dalam bidang informasi dan transportasi mempunyai dampak terhadap masyarakat internasional dalam dua hal : Pertama, kepesatan perkembangan informasi dan transportasi telah berhasil menerobos batas-batas wilayah negara. Artinya, batas-batas wilayah negara yang semula merupakan pedoman penting didalam perkembangan masyarakat kini menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi. Dan kecenderungan ini menimbulkan peruhahan-perubahan didalam sikap serta perilaku sesuatu masyarakat atau bangsa terhadap perkembangan di luar dirinya. Setidak-tidaknya perubahan yang demikian terjadi karena masyarakat tersebut tidak mampu membendung arus pengaruh yang dibawa oleh struktur-struktur transportasi dan informasi yang berada di luarnya. Kedua, dalam banyak hal penerobosan-penerobosan yang terjadi itu telah menyebabkan gagalnya masyarakat menegakkan kedaulatan negaranya. (Nazaruddin Sjamsuddin dalam Indonesia Dan Perubahan Global)
Pada masa sebelum berlangsungnya "revolusi" dalam bidang informasi dan transportasi ini orang percaya bahwa kedaulatan negara merupakan suatu bentuk kekuasaan yang tertinggi dalam suatu ruang atau wilayah yang dikenal sebagai negara. Dan fakta bahwa sesuatu wilayah itu berdaulat diakui oleh negara-negara lain, sekalipun antara mereka tidak memiliki hubungan diplomatik atau sedang bermusuhan satu sama lain. Namun dengan adanya perubahan yang begitu cepat dalam bidang informasi dan transportasi itu kedaulatan negara menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi, sekurang-kurangnya dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini tidak lain karena negara menjadi kurang berdaya untuk menepis penerobosan informasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasannya.
Globalisasi pun telah merambah masuk dalam kehidupan bangsa Indonesia di segala sektor, yang akan berdampak terhadap budaya berpikir masyarakat Indonesia. Sekarang masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane berbeda dengan budaya Indonesia yang masih memiliki sopan santun, ramah, beradab yang menunjukkan sebagai Negara orang timur.
Era globalisasi memang tidak bisa di justifikasikan selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
Pengaruh Globalisasi terhadap Identitas Indonesia
Globalisasi memang tidak bisa dihindari, memang perdebatan mengenai pengaruh baik buruknya globalisasi sebenarnya menjadi perdebatan yang klasik. Namun sekarang bagaimana globalisasi mampu mempengaruhi identitas bangsa Indonesia ditengah ancaman pengaruh asing dan masuk dalam arena global.
Globalisasi mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengaruh globalisasi yang positif itu dapat dilihat pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Dimana pada aspek politik, tata pemerintahan kita akan tercipta pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan dinamis. Dalam aspek ekonomi, dengan bebasnya perusahaan luar (Barat/China) berinvestasi di Indonesia menyebabkan terbukanya lapangan kerja yang harapannya mampu mengurangi angka penganguran. Di bidang sosial budaya akan menjadikan masyarakat kita lebih disiplin, etos kerja yang tinggi, seprti yang telah menjadi budaya barat. Sedangkan dalam aspek pendidikan inilah yang merasakan dampak positif yang banyak, karena pengetahuan dan ilmu yang diperoleh tidak dari lingkungan sekolah, kampus, atau yang lainnya, tapi melalui kemajuan iptek seperti internet dan siaran discovery televisi akan menambah ilmu dan pengetahuan kita.
Selain dampak positif, globalisasi juga mempunyai dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dampak negatif tersebut, antara lain : globalisasi yang berlandaskan asas liberal akan membuat sedikit pergeseran ideologi dari Pancasila menuju Liberalisme, rasa bangga terhadap produk-produk dalam negeri akan berkurang karena masyarakat lebih senang membeli produk asing yang lebih berkualitas dan lebih higienis seperti Coca-cola, Mc Donalds, Pizza Huts, dan sebagainya. Timbulnya sikap individualisme dari masyarakat sehingga prinsip gotong-royong luntur, dan terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin dengan dilihat materi yang dimiliki seperti handphone, laptop, mobil dan lain sebagainya.
Globalisasi memang menjadi ”hantu” yang menakutkan bagi perusahaan-perusahaan dalam negeri, karena dengan globalisasi telah dibuka kran-kran pasar bebas sehingga perusahaan-perusahaan luar bisa berinvestasi di negara kita. Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya dengan cermat. Pengaruh asing dapat diibaratkan sebagai kuman yang menakutkan, namun selama bangsa kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang cukup kuat, kuman tersebut tidak akan menjadi kekuatan yang mengancam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sampai Godbye SEA GAMES juga berakibat pada Godbye Indonesia.

* (Batam, 23 November 2011)





[1] Anggota Pengurus MIPI (Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia) Propinsi Kepulauan Riau dan Dosen Ilmu Pemerintahan - Universitas Riau Kepulauan

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS BANGSA INDONESIA

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS
BANGSA INDONESIA

Oleh
Yustinus Farid S, S.IP, MPA
(Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan – Fisipol Unrika)
Pendahuluan
Sejak berakhirnya perang dingin, dunia dilanda oleh suatu arus perubahan yang bersifat global. Pada mulanya wujud perubahan tersebut terlihat dalam perkembangan sistem informasi dan transportasi dengan fenomena yang mempersingkat jarak didalam hubungan antara negara atau antara wilayah, baik dalam arti ruang maupun waktu. Jelas sekali bahwa perkembangan yang demikian telah dimungkinkan oleh terjadinya kemajuan-kemajuan yang menakjubkan dalam bidang iptek. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut telah tercapai berkat adanya kemampuan ekonomi untuk mendukungnya Adanya keterkaitan antara kedua faktor ini menimbulkan peruhahan-perubahan yang luar biasa didalam masyarakat.
Perkembangan yang demikian pesat ini, dan perubahan-peruhahan yang ditimbulkannya, bersifat global atau mendunia. Hal ini karena perkembangan dalam bidang informasi dan transportasi mempunyai dampak terhadap masyarakat internasional dalam dua hal[1] : Pertama, kepesatan perkembangan informasi dan transportasi telah berhasil menerobos batas-batas wilayah negara. Artinya, batas-batas wilayah negara yang semula merupakan pedoman penting didalam perkembangan masyarakat kini menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi. Dan kecenderungan ini menimbulkan peruhahan-perubahan didalam sikap serta perilaku sesuatu masyarakat atau bangsa terhadap perkembangan di luar dirinya. Setidak-tidaknya perubahan yang demikian terjadi karena masyarakat tersebut tidak mampu membendung arus pengaruh yang dibawa oleh struktur-struktur transportasi dan informasi yang berada di luarnya. Kedua, dalam banyak hal penerobosan-penerobosan yang terjadi itu telah menyebabkan gagalnya masyarakat menegakkan kedaulatan negaranya.
Pada masa sebelum berlangsungnya "revolusi" dalam bidang informasi dan transportasi ini orang percaya bahwa kedaulatan negara merupakan suatu bentuk kekuasaan yang tertinggi dalam suatu ruang atau wilayah yang dikenal sebagai negara. Dan fakta bahwa sesuatu wilayah itu berdaulat diakui oleh negara-negara lain, sekalipun antara mereka tidak memiliki hubungan diplomatik atau sedang bermusuhan satu sama lain. Namun dengan adanya perubahan yang begitu cepat dalam bidang informasi dan transportasi itu kedaulatan negara menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi, sekurang-kurangnya dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini tidak lain karena negara menjadi kurang berdaya untuk menepis penerobosan informasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasannya.
Globalisasi pun telah merambah masuk dalam kehidupan bangsa Indonesia di segala sektor, yang akan berdampak terhadap budaya berpikir masyarakat Indonesia. Sekarang masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane berbeda dengan budaya Indonesia yang masih memiliki sopan santun, ramah, beradab yang menunjukkan sebagai Negara orang timur.
Era globalisasi memang tidak bisa di justifikasikan selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
Dari pendahuluan diatas, maka muncul suatu pertanyaan yang perlu di kaji lebih jauh lagi, yaitu “ Sejauh mana pengaruh globalisasi terhadap identitas bangsa Indonesia ?”
Globalisasi pada Masa Sekarang
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat, terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang berdandan seperti selebritis yang cenderung dengan berdandan budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Tak ketinggalan gaya rambut yang dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kerugian akan didapat. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Globalisasi sendiri merupakan fakta yang tidak bisa terbendung dan ini bukan gejala baru. Fenomena ini memang semakin terasa beberapa dekade terakhir berkat semakin majunya teknologi transportasi dan komunikasi. Namun sebenarnya telah mulai terbentuk ratusan tahun silam, ketika masa penjelajahan seberang lautan yang didorong motif-motif ekonomi, politik dan militer dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa. Argumen-argumen pro dan kontra globalisasi telah habis dikupas namun yang pasti ancaman globalisasi terhadap kepentingan nasional memang begitu menakutkan hingga beberapa negara saat ini, seperti Korea Utara dan Kuba, secara efektif mengisolasi diri. Bahkan di negara-negara industri maju pun, banyak segmen masyarakat yang khawatir terhadap ancaman globalisasi perekonomian terhadap kepentingan mereka. Di Amerika Serikat, lobi industri pertanian sangat kuat untuk melakukan proteksi, mungkin belajar dari pengalaman penduduk asli, kaum Indian, yang punah menjadi korban pertama dari gelombang globalisasi.[2]
Globalisasi Merupakan bagian dari Neoliberalisme
            Secara umum, globalisasi tidak bisa dihindari oleh bangsa manapun. Globalisasi memang berawal dari konsep neoliberalisme yang dikembangkan oleh negara-negara liberal. Neoliberalisme pada awalnya merupakan suatu teori ekonomi politik yang menyatakan bahwa kesejahteraan manusia paling bisa dicapai dengan cara meliberalisasikan kebebasan-kebebasan dan ketrampilan-ketrampilan entrepreneurial individu dan menempatkan kebebasan dan ketrampilan itu kedalam suatu kerangka pranata yang dicirikan oleh hak milik pribadi yang kuat, pasar bebas, dan perdagangan bebas.[3]
            Neoliberalisme berupaya memasukkan seluruh aktivitas manusia kedalam domain pasar, untuk membimbing pengambilan keputusan-keputusan dalam pasar global harus diciptakan teknologi penciptaan informasi dan kemampuan untuk mengakumulasi, menyimpan, mentransfer, menganalisa, dan memanfaatkan database yang berlimpah.[4] Kebutuhan itu yang mendorong neoliberalisme tertarik dan mendukung perkembangan teknologi informasi. Teknologi-teknologi itu mampu mempersingkat ruang dan waktu dari proses transaksi-transaksi pasar yang semakin meningkat. Hal itulah yang mendorong adanya globalisasi, yaitu kemajuan teknologi dan informasi secara global tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi di satu benua bisa diketahui secara cepat oleh masyarakat di belahan benua lainnya berkat bantuan teknologi informasi.
            James Petras dalam David Yaffe[5], membagi sejarah globalisasi menjadi tiga fase. Fase pertama dimulai pada abad 15. Di sini globalisasi pada awalnya tidak dapat dilepaskan dari imperalisme sebagai pilar utama dalam pengakumulasian modal kaum kapitalis Eropa yang dicapai dengan menghisap dunia ketiga. Fase kedua dibangun pada era inter-imperial trade. Dalam tahap ini globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi, perjuangan antara perusahaan multinacional di satu negara untuk merebut sebuah pasar  dan juga kolaborasi antar mereka sendiri untuk mengeksploitasi pasar  tersebut. Fase ketiga merupakan fase internacional trade. Perdagangan internasional atas komoditi dari jaringan global maupun regional telah memberikan karakter kelas dalam globalisasi. Pada fase ketiga ini agen utamanya dalam Multinational Corporasion (MNCs) maupun Transnational Corporasion (TNCs). yang telah menggantikan peran perusahaan dagang dalam mengeksploitasi dan menghisap sumber tenaga kerja murah di dunia ketiga.
Karakter paling mendasar dalam neoliberalisme adalah sistem penggunaan kekuasaan negara untuk mewajibkan kebijakan-kebijakan pasar dan keuangan di dalam sebuah proses domestik. neoliberalisme menjadi arus utama kebijakan politik dan ekonomi, menampakkan wajah organisasi kapitalistik yang dengan jelas menggerogoti kekuatan masyarakat sipil melalui strategi dan teknologi kekuasaan, termasuk pendayagunaan hukum sebagai media kontrol. Ini berarti bahwa neo-liberalisme menjadi sebuah sistem hegemoni yang dekstruktif (menghancurkan) dan mengeksploitasi mayoritas. Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) adalah kendaraan politik ekonominya, yang biasa disebut sebagai institusi ’Breetonwoods’, lahir dan berbasis di Amerika Serikat sejak 1944.


Globalisasi merupakan serangkaian proses yang kompleks, bukan proses tunggal dan semua ini berlangsung dalam wujud yang kontradiktif atau bertentangan satu sama lain. Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh ”yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas lokal memasuki arena global, dan inilah salah satu konsekuensinya. Bangsa-bangsa memang kehilangan sebagaian kekuataan ekonominya, namun demikian globalisasi juga mempunyai dampak yang sebaliknya. Globalisasi tidak hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah, menciptakan tekanan-tekanan baru bagi otonomi lokal.
            Dalam era globalisasi yang terjadi seperti saat ini, informasi segala peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain dapat diketahui dengan cepat sejak kejadian itu terjadi, melalui internet, televisi (siaran berita internasional dengan antena parabola), dan dengan teknologi yang lain. Globalisasi mempunyai dampak positif dan negatif bagi suatu kehidupan bangsa (Negara), begitu juga dengan Indonesia. Dampak itu bisa dirasakan dari berbagai aspek, baik itu positif maupun negatif.
Pengaruh Globalisasi terhadap identitas bangsa Indonesia
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat di Indonesia. Pengaruh itu dapat dilihat sebagai berikut :[6]
Pengaruh Positif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :
1.      Globalisasi di bidang politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara akuntabel, transparan dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa menjadikan rasa bangga terhadap Negara Indonesia menjadi meningkat.
2.      Globalisasi dalam bidang ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.      Globalisasi dalam bidang sosial budaya, dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal bangga kita terhadap bangsa.
4.      Globalisasi dalam dunia pendidikan, memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan dari belahan bumi yang lain melalui internet maupun discovery televisi, sehingga pendidikan akan menjadi maju dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya, karena ilmu/pengetahuan yang diperoleh hampir sama.
Pengaruh Negatif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.      Globalisasi di bidang ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk-produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) menjamur di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.      Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat seperti seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5.      Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
6.      Perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional yang ada di negara kita, karena kualitas sumber daya manusia dan peralatannya lebih canggih dibandingkan perusahaan dalam negeri kita. Sehingga yang menguasai pasar lebih banyak produk dari perusahaan multinasional, yang dianggap produknya lebih berkualitas oleh masyarakat. 
Suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing.[7]
Kesimpulan
Globalisasi memang tidak bisa dihindari, memang perdebatan mengenai pengaruh baik buruknya globalisasi sebenarnya menjadi perdebatan yang klasik. Namun sekarang bagaimana globalisasi mampu mempengaruhi identitas bangsa Indonesia ditengah ancaman pengaruh asing dan masuk dalam arena global, secara jelas telah dijelaskan pada bahasan terdahulu bahwa globalisasi mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengaruh globalisasi yang positif itu dapat dilihat pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Dimana telah dijelaskan bahwa pada aspek politik, tata pemerintahan kita akan tercipta pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan dinamis. Dalam aspek ekonomi, dengan bebasnya perusahaan asing berinvestasi di Indonesia menyebabkan terbukanya lapangan kerja yang harapannya mampu mengurangi angka penganguran. Di bidang sosial budaya akan menjadikan masyarakat kita lebih disiplin, etos kerja yang tinggi, seprti yang telah menjadi budaya barat. Sedangkan dalam aspek pendidikan inilah yang merasakan dampak positif yang banyak, karena pengetahuan dan ilmu yang diperoleh tidak dari lingkungan sekolah, kampus, atau yang lainnya, tapi melalui kemajuan iptek seperti internet dan siaran discovery televisi akan menambah ilmu dan pengetahuan kita.
Selain dampak positif, globalisasi juga mempunyai dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dampak negatif tersebut, antara lain : globalisasi yang berlandaskan asas liberalis akan membuat sedikit pergeseran ideologi dari Pancasila menuju Liberalisme, rasa bangga terhadap produk-produk dalam negeri akan berkurang karena masyarakat lebih senang membeli produk asing yang lebih berkualitas dan lebih higienis seperti Coca-cola, Mc Donalds, Pizza Huts, dan sebagainya. Dan yang paling memprihatinkan yaitu, gaya hidup remaja kita yang sudah meniru gaya hidup orang barat seperti potongan rambut Punk dan dicat berwarna-warni, seks bebas bukan menjadi hal tabu, konsumsi narkoba dan bahkan negara kita sudah menjadi jalur internasional peredaran narkoba di dunia. Sikap individualisme dari masyarakat sehingga prinsip gotong-royong luntur, dan terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin dengan dilihat materi yang dimiliki seperti handphone, laptop, mobil dan lain sebagainya.
Globalisasi juga menjadi ”hantu” yang menakutkan bagi perusahaan-perusahaan dalam negeri, karena dengan globalisasi telah dibuka kran-kran pasar bebas sehingga perusahaan-perusahaan luar bisa berinvestasi di negara kita. Hal ini yang menyebabkan perusahaan dalam negeri kita tidak mampu bersaing dengan perusahaan asing yang mempunyai produk-produk yang mutu dan kualitasnya lebih bagus dari produksi dalam negeri, sehingga publik lebih memilih produk buatan perusahaan asing.
Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya dengan cermat. Pengaruh asing dapat diibaratkan sebagai kuman yang menakutkan, namun selama bangsa kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang cukup kuat, kuman tersebut tidak akan menjadi kekuatan yang mengancam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
























DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David, Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, 2009, Yogyakarta : Resist Book
Yaffe, David, Mc.Global Gombal, Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis, 2001, Yogyakarta : Cubuc dan Sumbu
www.apakabar@clark.net, Dalam artikel Indonesia Dan Perubahan Global oleh Nazaruddin Sjamsuddin, di up-date tanggal 18 Februari 2011
www.kabarindonesia.com, Dalam artikel Kebangkitan Nasional Dan Tantangan Globalisasi Oleh : R. Masri, di update tanggal 4 Maret 2011
www.wikimu.com, Dalam artikel Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme oleh Tri Darmiyati, di up-date tanggal 18 Februari 2011



[1] www.apakabar@clark.net, dalam artikel Indonesia Dan Perubahan Global oleh Nazaruddin Sjamsuddin.
[2] Ibid
[3] David Harvey, Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, 2009, hal 3.
[4] Ibid
[5] David Yaffe, McGlobal Gombal, Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis, 2001, hal 54-56

[6] www.wikimu.com, dalam artikel Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme oleh Tri Darmiyati.
[7] www.kabarindonesia.com, dalam artikel Kebangkitan Nasional Dan Tantangan Globalisasi Oleh : R. Masri.