Jumat, 24 Februari 2012

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS BANGSA INDONESIA

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS
BANGSA INDONESIA

Oleh
Yustinus Farid S, S.IP, MPA
(Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan – Fisipol Unrika)
Pendahuluan
Sejak berakhirnya perang dingin, dunia dilanda oleh suatu arus perubahan yang bersifat global. Pada mulanya wujud perubahan tersebut terlihat dalam perkembangan sistem informasi dan transportasi dengan fenomena yang mempersingkat jarak didalam hubungan antara negara atau antara wilayah, baik dalam arti ruang maupun waktu. Jelas sekali bahwa perkembangan yang demikian telah dimungkinkan oleh terjadinya kemajuan-kemajuan yang menakjubkan dalam bidang iptek. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut telah tercapai berkat adanya kemampuan ekonomi untuk mendukungnya Adanya keterkaitan antara kedua faktor ini menimbulkan peruhahan-perubahan yang luar biasa didalam masyarakat.
Perkembangan yang demikian pesat ini, dan perubahan-peruhahan yang ditimbulkannya, bersifat global atau mendunia. Hal ini karena perkembangan dalam bidang informasi dan transportasi mempunyai dampak terhadap masyarakat internasional dalam dua hal[1] : Pertama, kepesatan perkembangan informasi dan transportasi telah berhasil menerobos batas-batas wilayah negara. Artinya, batas-batas wilayah negara yang semula merupakan pedoman penting didalam perkembangan masyarakat kini menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi. Dan kecenderungan ini menimbulkan peruhahan-perubahan didalam sikap serta perilaku sesuatu masyarakat atau bangsa terhadap perkembangan di luar dirinya. Setidak-tidaknya perubahan yang demikian terjadi karena masyarakat tersebut tidak mampu membendung arus pengaruh yang dibawa oleh struktur-struktur transportasi dan informasi yang berada di luarnya. Kedua, dalam banyak hal penerobosan-penerobosan yang terjadi itu telah menyebabkan gagalnya masyarakat menegakkan kedaulatan negaranya.
Pada masa sebelum berlangsungnya "revolusi" dalam bidang informasi dan transportasi ini orang percaya bahwa kedaulatan negara merupakan suatu bentuk kekuasaan yang tertinggi dalam suatu ruang atau wilayah yang dikenal sebagai negara. Dan fakta bahwa sesuatu wilayah itu berdaulat diakui oleh negara-negara lain, sekalipun antara mereka tidak memiliki hubungan diplomatik atau sedang bermusuhan satu sama lain. Namun dengan adanya perubahan yang begitu cepat dalam bidang informasi dan transportasi itu kedaulatan negara menjadi kurang atau bahkan tidak relevan lagi, sekurang-kurangnya dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini tidak lain karena negara menjadi kurang berdaya untuk menepis penerobosan informasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasannya.
Globalisasi pun telah merambah masuk dalam kehidupan bangsa Indonesia di segala sektor, yang akan berdampak terhadap budaya berpikir masyarakat Indonesia. Sekarang masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane berbeda dengan budaya Indonesia yang masih memiliki sopan santun, ramah, beradab yang menunjukkan sebagai Negara orang timur.
Era globalisasi memang tidak bisa di justifikasikan selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banyak contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
Dari pendahuluan diatas, maka muncul suatu pertanyaan yang perlu di kaji lebih jauh lagi, yaitu “ Sejauh mana pengaruh globalisasi terhadap identitas bangsa Indonesia ?”
Globalisasi pada Masa Sekarang
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat, terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang berdandan seperti selebritis yang cenderung dengan berdandan budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Tak ketinggalan gaya rambut yang dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kerugian akan didapat. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Globalisasi sendiri merupakan fakta yang tidak bisa terbendung dan ini bukan gejala baru. Fenomena ini memang semakin terasa beberapa dekade terakhir berkat semakin majunya teknologi transportasi dan komunikasi. Namun sebenarnya telah mulai terbentuk ratusan tahun silam, ketika masa penjelajahan seberang lautan yang didorong motif-motif ekonomi, politik dan militer dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa. Argumen-argumen pro dan kontra globalisasi telah habis dikupas namun yang pasti ancaman globalisasi terhadap kepentingan nasional memang begitu menakutkan hingga beberapa negara saat ini, seperti Korea Utara dan Kuba, secara efektif mengisolasi diri. Bahkan di negara-negara industri maju pun, banyak segmen masyarakat yang khawatir terhadap ancaman globalisasi perekonomian terhadap kepentingan mereka. Di Amerika Serikat, lobi industri pertanian sangat kuat untuk melakukan proteksi, mungkin belajar dari pengalaman penduduk asli, kaum Indian, yang punah menjadi korban pertama dari gelombang globalisasi.[2]
Globalisasi Merupakan bagian dari Neoliberalisme
            Secara umum, globalisasi tidak bisa dihindari oleh bangsa manapun. Globalisasi memang berawal dari konsep neoliberalisme yang dikembangkan oleh negara-negara liberal. Neoliberalisme pada awalnya merupakan suatu teori ekonomi politik yang menyatakan bahwa kesejahteraan manusia paling bisa dicapai dengan cara meliberalisasikan kebebasan-kebebasan dan ketrampilan-ketrampilan entrepreneurial individu dan menempatkan kebebasan dan ketrampilan itu kedalam suatu kerangka pranata yang dicirikan oleh hak milik pribadi yang kuat, pasar bebas, dan perdagangan bebas.[3]
            Neoliberalisme berupaya memasukkan seluruh aktivitas manusia kedalam domain pasar, untuk membimbing pengambilan keputusan-keputusan dalam pasar global harus diciptakan teknologi penciptaan informasi dan kemampuan untuk mengakumulasi, menyimpan, mentransfer, menganalisa, dan memanfaatkan database yang berlimpah.[4] Kebutuhan itu yang mendorong neoliberalisme tertarik dan mendukung perkembangan teknologi informasi. Teknologi-teknologi itu mampu mempersingkat ruang dan waktu dari proses transaksi-transaksi pasar yang semakin meningkat. Hal itulah yang mendorong adanya globalisasi, yaitu kemajuan teknologi dan informasi secara global tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi di satu benua bisa diketahui secara cepat oleh masyarakat di belahan benua lainnya berkat bantuan teknologi informasi.
            James Petras dalam David Yaffe[5], membagi sejarah globalisasi menjadi tiga fase. Fase pertama dimulai pada abad 15. Di sini globalisasi pada awalnya tidak dapat dilepaskan dari imperalisme sebagai pilar utama dalam pengakumulasian modal kaum kapitalis Eropa yang dicapai dengan menghisap dunia ketiga. Fase kedua dibangun pada era inter-imperial trade. Dalam tahap ini globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi, perjuangan antara perusahaan multinacional di satu negara untuk merebut sebuah pasar  dan juga kolaborasi antar mereka sendiri untuk mengeksploitasi pasar  tersebut. Fase ketiga merupakan fase internacional trade. Perdagangan internasional atas komoditi dari jaringan global maupun regional telah memberikan karakter kelas dalam globalisasi. Pada fase ketiga ini agen utamanya dalam Multinational Corporasion (MNCs) maupun Transnational Corporasion (TNCs). yang telah menggantikan peran perusahaan dagang dalam mengeksploitasi dan menghisap sumber tenaga kerja murah di dunia ketiga.
Karakter paling mendasar dalam neoliberalisme adalah sistem penggunaan kekuasaan negara untuk mewajibkan kebijakan-kebijakan pasar dan keuangan di dalam sebuah proses domestik. neoliberalisme menjadi arus utama kebijakan politik dan ekonomi, menampakkan wajah organisasi kapitalistik yang dengan jelas menggerogoti kekuatan masyarakat sipil melalui strategi dan teknologi kekuasaan, termasuk pendayagunaan hukum sebagai media kontrol. Ini berarti bahwa neo-liberalisme menjadi sebuah sistem hegemoni yang dekstruktif (menghancurkan) dan mengeksploitasi mayoritas. Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) adalah kendaraan politik ekonominya, yang biasa disebut sebagai institusi ’Breetonwoods’, lahir dan berbasis di Amerika Serikat sejak 1944.


Globalisasi merupakan serangkaian proses yang kompleks, bukan proses tunggal dan semua ini berlangsung dalam wujud yang kontradiktif atau bertentangan satu sama lain. Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh ”yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas lokal memasuki arena global, dan inilah salah satu konsekuensinya. Bangsa-bangsa memang kehilangan sebagaian kekuataan ekonominya, namun demikian globalisasi juga mempunyai dampak yang sebaliknya. Globalisasi tidak hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah, menciptakan tekanan-tekanan baru bagi otonomi lokal.
            Dalam era globalisasi yang terjadi seperti saat ini, informasi segala peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain dapat diketahui dengan cepat sejak kejadian itu terjadi, melalui internet, televisi (siaran berita internasional dengan antena parabola), dan dengan teknologi yang lain. Globalisasi mempunyai dampak positif dan negatif bagi suatu kehidupan bangsa (Negara), begitu juga dengan Indonesia. Dampak itu bisa dirasakan dari berbagai aspek, baik itu positif maupun negatif.
Pengaruh Globalisasi terhadap identitas bangsa Indonesia
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat di Indonesia. Pengaruh itu dapat dilihat sebagai berikut :[6]
Pengaruh Positif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :
1.      Globalisasi di bidang politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara akuntabel, transparan dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa menjadikan rasa bangga terhadap Negara Indonesia menjadi meningkat.
2.      Globalisasi dalam bidang ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.      Globalisasi dalam bidang sosial budaya, dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal bangga kita terhadap bangsa.
4.      Globalisasi dalam dunia pendidikan, memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan dari belahan bumi yang lain melalui internet maupun discovery televisi, sehingga pendidikan akan menjadi maju dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya, karena ilmu/pengetahuan yang diperoleh hampir sama.
Pengaruh Negatif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.      Globalisasi di bidang ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk-produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) menjamur di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.      Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat seperti seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.
4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5.      Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
6.      Perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional yang ada di negara kita, karena kualitas sumber daya manusia dan peralatannya lebih canggih dibandingkan perusahaan dalam negeri kita. Sehingga yang menguasai pasar lebih banyak produk dari perusahaan multinasional, yang dianggap produknya lebih berkualitas oleh masyarakat. 
Suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing.[7]
Kesimpulan
Globalisasi memang tidak bisa dihindari, memang perdebatan mengenai pengaruh baik buruknya globalisasi sebenarnya menjadi perdebatan yang klasik. Namun sekarang bagaimana globalisasi mampu mempengaruhi identitas bangsa Indonesia ditengah ancaman pengaruh asing dan masuk dalam arena global, secara jelas telah dijelaskan pada bahasan terdahulu bahwa globalisasi mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengaruh globalisasi yang positif itu dapat dilihat pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Dimana telah dijelaskan bahwa pada aspek politik, tata pemerintahan kita akan tercipta pemerintahan yang akuntabel, transparan, dan dinamis. Dalam aspek ekonomi, dengan bebasnya perusahaan asing berinvestasi di Indonesia menyebabkan terbukanya lapangan kerja yang harapannya mampu mengurangi angka penganguran. Di bidang sosial budaya akan menjadikan masyarakat kita lebih disiplin, etos kerja yang tinggi, seprti yang telah menjadi budaya barat. Sedangkan dalam aspek pendidikan inilah yang merasakan dampak positif yang banyak, karena pengetahuan dan ilmu yang diperoleh tidak dari lingkungan sekolah, kampus, atau yang lainnya, tapi melalui kemajuan iptek seperti internet dan siaran discovery televisi akan menambah ilmu dan pengetahuan kita.
Selain dampak positif, globalisasi juga mempunyai dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dampak negatif tersebut, antara lain : globalisasi yang berlandaskan asas liberalis akan membuat sedikit pergeseran ideologi dari Pancasila menuju Liberalisme, rasa bangga terhadap produk-produk dalam negeri akan berkurang karena masyarakat lebih senang membeli produk asing yang lebih berkualitas dan lebih higienis seperti Coca-cola, Mc Donalds, Pizza Huts, dan sebagainya. Dan yang paling memprihatinkan yaitu, gaya hidup remaja kita yang sudah meniru gaya hidup orang barat seperti potongan rambut Punk dan dicat berwarna-warni, seks bebas bukan menjadi hal tabu, konsumsi narkoba dan bahkan negara kita sudah menjadi jalur internasional peredaran narkoba di dunia. Sikap individualisme dari masyarakat sehingga prinsip gotong-royong luntur, dan terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin dengan dilihat materi yang dimiliki seperti handphone, laptop, mobil dan lain sebagainya.
Globalisasi juga menjadi ”hantu” yang menakutkan bagi perusahaan-perusahaan dalam negeri, karena dengan globalisasi telah dibuka kran-kran pasar bebas sehingga perusahaan-perusahaan luar bisa berinvestasi di negara kita. Hal ini yang menyebabkan perusahaan dalam negeri kita tidak mampu bersaing dengan perusahaan asing yang mempunyai produk-produk yang mutu dan kualitasnya lebih bagus dari produksi dalam negeri, sehingga publik lebih memilih produk buatan perusahaan asing.
Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya dengan cermat. Pengaruh asing dapat diibaratkan sebagai kuman yang menakutkan, namun selama bangsa kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang cukup kuat, kuman tersebut tidak akan menjadi kekuatan yang mengancam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
























DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David, Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, 2009, Yogyakarta : Resist Book
Yaffe, David, Mc.Global Gombal, Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis, 2001, Yogyakarta : Cubuc dan Sumbu
www.apakabar@clark.net, Dalam artikel Indonesia Dan Perubahan Global oleh Nazaruddin Sjamsuddin, di up-date tanggal 18 Februari 2011
www.kabarindonesia.com, Dalam artikel Kebangkitan Nasional Dan Tantangan Globalisasi Oleh : R. Masri, di update tanggal 4 Maret 2011
www.wikimu.com, Dalam artikel Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme oleh Tri Darmiyati, di up-date tanggal 18 Februari 2011



[1] www.apakabar@clark.net, dalam artikel Indonesia Dan Perubahan Global oleh Nazaruddin Sjamsuddin.
[2] Ibid
[3] David Harvey, Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis, 2009, hal 3.
[4] Ibid
[5] David Yaffe, McGlobal Gombal, Globalisasi Dalam Perspektif Sosialis, 2001, hal 54-56

[6] www.wikimu.com, dalam artikel Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme oleh Tri Darmiyati.
[7] www.kabarindonesia.com, dalam artikel Kebangkitan Nasional Dan Tantangan Globalisasi Oleh : R. Masri.

1 komentar:

  1. Casino at JW Marriott in New Jersey - Mapyro
    Casino at 경상남도 출장샵 JW Marriott is located in 안양 출장샵 New Jersey and is 과천 출장샵 a casino hotel. 밀양 출장샵 Located on the famous JW 충청북도 출장샵 Marriott-JW Marriott-JW Marriott-JW Marriott-JW Marriott-JW Marriott in

    BalasHapus